Kamis, 10 November 2011

Korupsi dan Keserakahan Sistemik


Jumat, 11 November 2011
Istilah korupsi bukanlah hal baru bagi umat manusia. Korupsi sudah ada ketika zaman kuno, yaitu pada peradaban Mesir, Ibrani, Babilonia, Yunani kuno, China, Romawi Kuno dan juga di negara-begara Barat. Bahkan dari saking bahayanya korupsi Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras bagi para sahabat agar menjauhi segala perbuatan yang dapat merugikan orang lain, seperti suap, menilap harta, dan mengurangi timbangan.
Sebagai negara yang mayoritas beragama Islam, perkembangan korupsi di Indonesia semakin meluas, apalagi di era reformasi sekarang ini. Korupsi tidak hanya dipratikkan oleh individu saja, akan tetapi tindakan ini seolah sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara kolektif oleh para penguasa mulai dari pejabat pusat hingga daerah.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi antar-negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi yang terus mencuat di Indonesia.
Lahan Koruptor
Kita tentu masih ingat dengan beberapa kasus yang hingga kini belum terungkap dengan jelas, seperti kasus BLBI, Bank Century, mafia pajak, mafia hukum, kasus Sesmenpora yang melibatkan bendahara umum partai berkuasa.
Terakhir, kita juga dikagetkan dengan masalah 'kursi haram' DPR yang juga melibatkan politisi Partai Demokrat. Ini semua adalah bukti bahwa negara ini masih menjadi lahan subur bagi para koruptor. Sungguh sangat miris melihat nasib bangsa ini, yang sudah berada diambang kehancuran akibat ulah para pemimpin bangsa yang serakah memakan uang negara hanya untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi di Indonesia masih memprihatinkan. Laporan teranyar mengenai Indeks Penegakan Hukum 2011 (Rule of Law Index) yang dirilis World Justice Project (WJP) menyebutkan bahwa korupsi di Tanah Air justru meluas di berbagai sektor. Di antara negara-negara Asia Timur dan Pasifik, Indonesia berada di ranking ke-12 dari 13 negara. Sedangkan secara global, korupsi di Indonesia berada di peringkat ke-47 dari 66 negara.
Moh Masyhuri Na'im (2006) mengatakan, ada beberapa kondisi yang memungkinkan korupsi berkembang cepat.
Pertama, pemerintah telah berubah menjadi lembaga transaksi kekuasaan dan memonopoli pembuatan keputusan.
Kedua, adanya hyper consumerism. Orang banyak melakukan korupsi karena didorong oleh gaya hidup hedonistik yang berlebihan. Fenomina maraknya korupsi bisa dilihat sebagai korban dari hyper globalization, anak kandung yang sah dari hyper capitalism.
Ketiga, adanya kekuasaan dan gaji yang tidak seimbang.
Keempat, korupsi dipersepsi sebagai tuntutan perubahan. Korupsi tidak lagi dipermasalahkan sebagai perbutan tercela, tetapi sebagai masalah partisipasi sosial atau tuntutan perubahan sosial dan dapat disebut sebagai sindrom anomi.
Kelima, salah satu akar dari korupsi adalah perilaku pembiaran oleh masyarakat terhadap para koruptor, seakan-akan korupsi adalah hal yang wajar dan biasa.
Penegakan Hukum Lemah
Korupsi yang sudah mengakar dan membudaya di semua level baik pusat maupun daerah sangat membutuhkan waktu lama dan harus terus-menerus dilakukan dalam penanganannya. Hingga saat ini, pemberantasan korupsi belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini terjadi karena kejahatan korupsi sudah dianggap tradisi dan dilakukan secara berjamaah oleh para penguasa di negeri ini.
Namun, kita harus optimis bahwa pemberantasan korupsi pasti membuahkan hasil asalkan ada kerja sama yang berkesinambungan antara pemerintah dalam hal ini KPK, kepolisian, kejaksaan, dan masyarakat. Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara.
Melihat fenomena korupsi yang semakin meluas, penulis sangat berharap pada penegak hukum, baik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kejaksaan, maupun kepolisian untuk lebih serius menangani para koruptor. Sebab, salah satu faktor berkembangnya tindakan korupsi adalah lemahnya penegak hukum yang membuat para koruptor tidak jera.
Di samping itu, penegak hukum harus lebih tegas dalam memberikan hukuman tanpa pandang bulu sehingga mampu memberikan efek jera bagi mereka. Kita harus memiliki komitmen bersama untuk memerangi kejahatan korupsi. Jangan biarkan korupsi menjadi sesuatu yang terus membudaya di kalangan masyarakat, khususnya para pemimpin bangsa.
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa yang sangat kejam dan harus diperangi bersama. Ini penting agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang hancur akibat tindakan korupsi, yang sangat merugikan negara dan masyarakat. Jangan sampai di masa yang akan datang, anak dan cucu kita sebagai generasi bangsa mewarisi tindakan korupsi. ***

Berhaji Memenuhi Panggilan Tuhan


 


Jumat, 11 November 2011
Menjadi puncak rukun Islam adalah saat umat sudah bisa melaksanakan ibadah haji. Artinya, ibadah haji adalah ibadah yang nilai pahalanya tinggi. Maka, bukan menjadi hal yang mengherankan saat di telinga kita sering terdengar perkataan bahwa haji semata karena panggilan Tuhan. Belum tentu orang yang melimpah hartanya digerakkan hatinya untuk bisa berhaji. Namun, tak sedikit umat yang kesehariannya hanya menjual daun pisang bisa naik haji karena dijalankan Tuhan.
Ini karena, haji adalah ibadah yang nilainya besar di mata Tuhan, syarat dan rukunnya pun tak mudah untuk dipenuhi. Selain harus memiliki uang banyak (baca: di Indonesia lebih dari Rp 30 juta) juga harus dijalankan di Tanah Suci (Makkah). Dalam pelaksanaannya pun harus berpanas-panas, berhimpit dengan sekalian banyak orang, berlari-lari dan lain sebagainya.
Kendati demikian, syarat dan rukun yang tertera dalam ajaran haji belumlah seberapa dibandingkan dengan tuntutan untuk menjadi haji yang mabrur. Padahal, haji mabrur adalah haji yang akan dinilai oleh Tuhan sebagai haji yang berpahala. Tanpa adanya predikat kemabruran, haji yang dilaksanakan dengan banyak biaya dan beratnya menjalankan syarat serta rukun hanya dianggap sebagai wisata layaknya pergi ke gunung, pantai atau objek wisata lainnya.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis, "Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia, atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya."
Dari sepenggal hadits tersebut, dapat menjadi dasar betapa dalam berhaji tanpa adanya niatan khusus memenuhi panggilan Tuhan dipastikan tidak akan mendapatkan derajat mabrur.
Menilik jumlah jemaah haji Indonesia yang selalu membludak setiap tahunnya, hingga jarak pendaftaran dan pelaksaan sampai sembilan tahun, serta kesejahteraan umat tidak terjamin, menunjukkan betapa haji yang dilaksanakan tidaklah semua menjadi haji yang mabrur. Tanda-tanda haji yang mabrur salah satunya adalah semakin shalih-nya seseorang seusai menjalankan ibadah haji. Ke-shalih-an tersebut harus bersamaan antara shalih kepada Tuhan (vertikal/hablu minallah) maupun shalih kepada sesama (horizontal/hablu minannas).
Di banyak tempat terdapat umat Islam yang telah melaksanakan ibadah haji. Dalam kesehariannya dirinya hidup mewah dengan menjalankan ibadah dengan baik. Namun, begitu orang seperti ini tidak langsung diklaim sebagai seorang yang hajinya mabrur selama di samping rumahnya masih terdapat anggota masyarakat seiman, tanpa bisa merasakan manisnya hidup.
Mereka setiap hari harus memeras keringat dan membanting tulang (dalam artian bekerja kasar) untuk memenuhi kebutuhan primer diri dan keluarganya. Dalam setiap harinya belum tentu mereka dapat memakan nasi karena ketiadaan harta untuk membeli.
Dalam pada itu terdapat banyak cerita terkait haji, entah kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan atau tidak, perlu mendapatkan perhatian dan perenungan. Suatu saat terdapat pejabat negara yang menjalankan ibadah haji. Saat dirinya melempar jumrah, batu yang digunakan untuk melempar selalu kembali kepadanya. Berulang kali dirinya melempar, namun selalu kembali kepada dirinya.
Setelah dirinya mengamati batu yang dilemparkan ternyata terdapat tulisan Arab yang indah. Dengan riang hati dirinya membawa batu tersebut dan setelah sampai ke negara asalnya dirinya menanyakan bacaan dan maksud tulisan yang ada dalam batu tersebut. Secara singkat, batu tersebut bertuliskan yang artinya "sesama setan dilarang melempar.'
Kisah yang lain, terdapat seorang yang sudah ingin menjalankan ibadah haji. Namun begitu, dirinya membatalkan niatan sucinya karena kondisi ekonomi tetangganya yang sangat membutuhkan hidup. Biaya yang sudah disiapkan untuk menjalankan ibadah haji dengan ikhlas dipersilakan untuk keperluan tetangganya yang begitu membutuhkannya. Dirinya tidak pernah mengungkit-ungkit uang yang telah digunakan tetangganya.
Hari berganti hari dan berjalan hingga masa pulang haji pun tiba. Saat itulah terdapat sahabat orang yang batal menjalankan ibadah haji. Teman tersebut mengucapkan perkataan aneh, karena dirinya mengucapkan selamat atas kemabruran hajinya. Karena, merasa diri belum menjalankan ibadah haji, dirinya hanya bisa tersenyum.
Tidak cukup sampai di situ, sang sahabat juga bercerita panjang lebar saat dirinya menjalankan ibadah haji banyak bersama dengan dirinya. Orang yang tidak jadi berangkat haji tersebut semakin bingung karena cerita temannya. Bagaimana bisa sahabatnya bisa mengatakan bahwa dirinya banyak bersama dengannya, padahal dirinya tidak jadi pergi ke Makkah, menjalankan ibadah haji?
Dan, betapa seorang yang tidak jadi menjalankan ibadah haji karena biayanya digunakan tetangganya yang lebih membutuhkan, insya Allah sudah dicatat oleh Allah sebagai haji yang mabrur. Maka, dari sinilah perlu menjadi perhatian bersama bahwa dalam berhaji mesti berlandaskan niat tulus karena Allah. Pergi haji benar-benar memenuhi panggilan Tuhan bukan memenuhi

puisi

Setitik cahaya menyembul dari balik semak-semak di kaki bukit. Mungkin suluh orang yang mencari belut sawah atau menjaring ikan di sungai Batang Mungo sepanjang lereng bukit itu. Tapi, makin mendekat, makin jelas terlihat. Makin terang terasa. Lalu, cahaya itu menggulung seperti dihempas angin limbubu. Menggumpal, membulat, membesar seperti bola api. Melayang dan melaju kencang ke arah Surau Tuo. Lama sekali bola api itu berputar-putar di atas permukaan tanah kosong, tepat di sisi kanan mihrab Surau Tuo, hingga sekeliling surau itu terang benderang seperti tersiram sinar bulan purnama keempat belas. Padahal, malam itu bukan malam terang bulan.
’’Pertanda apa ini, Bilal?’’ tanya Katik, gemetar dan tergagap-gagap.
’’Ini petunjuk yang kita tunggu-tunggu selama ini.’’
’’Petunjuk?’’ tanya Katik lagi, ’’Maksudnya apa?’’
’’Kita sudah beroleh jawaban tentang raibnya jasad buya,’’ jawab Bilal, sambil tersenyum lega.
’’Jadi….jadi….Ini petunjuk tentang buya Ibrahim Mufti yang menghilang beberapa tahun lalu?’’
Hanya dalam hitungan hari sejak Katik, Bilal, segenap ninik mamak, alim ulama bermufakat dan memutuskan bahwa peristiwa munculnya cahaya pada malam gelap bulan itu benar-benar pertanda yang tak diragukan kebenarannya, masyarakat Taram dari enam jorong: Tanjung Ateh, Tanjung Kubang, Tanjung Balai Cubadak, Parak Baru, Sipatai, dan Subarang, berbondong-bondong ke Surau Tuo. Saling bahu-membahu, menggali tanah pekuburan, mendirikan makam bagi almarhum buya Ibrahim Mufti. Hari itu, kali pertama mereka menggali kubur, tapi tak ada mayat yang bakal ditimbun di liang lahat. Keempat sisinya ditembok semen setinggi dua meter, sementara bagian atasnya diatap seng. Seperti makam para wali, kuburan orang-orang keramat.
***
Dulu, negeri Taram tanahnya gersang. Musim kering berkepanjangan. Tak ada sumber air untuk mengairi sawah. Kalaupun ada sawah yang ditanami, itu hanya mengharapkan curah hujan. Sementara, musim panas lebih lama ketimbang musim hujan. Gabah dari sawah tadah hujan hanya cukup untuk menghadang ancaman kelaparan. Sekadar bertahan hidup. Tak bersisa untuk ditabung dalam lumbung. Tapi, sejak kedatangan buya Ibrahim Mufti, perlahan-lahan alam mulai bersahabat. Keadaan berubah menjadi lebih baik.
Waktu itu, buya menancapkan ujung tongkatnya ke dalam tanah, lalu dihelanya tongkat itu sambil berjalan ke arah timur. Tanah kering yang tergerus tongkat buya seketika lembab, basah dan dialiri air yang datang entah dari mana. Sesampai di ujung paling timur, buya berhenti. Dibiarkannya tongkat itu tertancap. Lebih dalam dari tancapan yang pertama. Kelak, titik tempat beliau berhenti dinamai: Kepala Bandar. Itulah mata air pertama di Taram. Airnya mengalir deras ke bandar yang semula hanya parit kecil akibat tergerus tongkat buya. Tak lama berselang, bandar pun melebar, membesar dan akhirnya berubah menjadi Sungai Batang Mungo yang menyimpan persediaan air berlimpah. Sejak itu, orang-orang Taram tak lagi tergantung pada sawah tadah hujan. Mereka telah beroleh sumber air. Sawah-sawah pun membuahkan hasil berlebih-lebih. Lumbung-lumbung padi penuh terisi.
Di tengah perkampungan, (dengan bantuan warga) buya membangun sebuah surau. Di sanalah buya tinggal, di sebuah bilik kecil di samping surau. Anak-anak berhamburan datang hendak belajar mengaji. Begitu pun orang dewasa dan orang tua-tua berduyun-duyun untuk salat berjamaah, mendengarkan wirid dan pengajian. Buya memberi nama surau itu: Surau Tuo. Surau pertama yang pernah ada di sana. Surau tertua.
Selain sebagai guru mengaji, guru wirid dan guru tasawuf, buya dikenal memilki banyak keistimewaan. Di bulan Ramadan, setiap keluarga di Taram menggelar acara buka bersama, dan mengundang buya untuk mendoakan keberkahan bagi tuan rumah. Suatu kali, keluarga Nuraya, keluarga Syamsida, dan keluarga Wastiah menyelenggarakan buka bersama di hari yang sama. Secara bersamaan pula mengundang buya. Mereka bersitegang urat leher mempertahankan kesaksian masing-masing. Nuraya tidak percaya, kalau buya datang memenuhi undangan ke rumah Syamsida dan Wastiah. Sebab, hari itu buya ada di rumahnya. Begitu pun Syamsida dan Wastiah, keduanya berani bersumpah bahwa buya juga hadir di rumah mereka masing-masing. Mereka tidak salah. Buya benar-benar memenuhi undangan ketiga keluarga itu. Meski ada yang bersaksi, hari itu buya tidak ke mana-mana. Beliau berzikir dan i’tikaf di Surau Tuo, berbuka bersama dengan jamaah Maghrib. Di manakah jasad asli buya saat itu? Berapa banyakkah bayang-bayang buya? Ada yang menyebut, buya punya ilmu ’’bayang-bayang tujuh’’. Jangankan undangan dari tiga keluarga, dari tujuh keluarga pun buya akan menyanggupinya. Itu belum seberapa, ada yang pernah melihat buya berjalan di atas air saat menyelamatkan orang hanyut di Sungai Batang Mungo. Karena itu, beliau sering disebut: buya keramat.
***
Hari itu, Jumat 12 Sya’ban. Wan Tobat bergegas datang ke Surau Tuo. Memenuhi janjinya, mencukur rambut buya. Kecuali jenggot, buya tidak suka pada bulu. Begitu rambut penuh uban itu mulai tumbuh, beliau akan memanggil Wan Tobat. Meminta tukang cukur itu menggundulinya, hingga culun, licin, dan mengkilat.
’’Tolong agak cepat! Gunakan pisau cukur paling tajam! Sebentar lagi waktu Jumat akan masuk,’’ suruh buya pada Wan Tobat.
Baru separuh rambut buya tergunduli, Wan Tobat tersentak kaget. Karena tiba-tiba buya bangkit, berdiri dari duduknya. Seolah ada yang mengejutkan beliau. Tampak ganjil bentuk kepala buya. Culun sebelah. Sebelah kiri gundul, sebelah kanan masih ada rambut.
’’Wah, saya harus buru-buru pergi.’’
’’Tapi, rambut buya belum selesai dicukur bukan?’’
’’Ndak apa-apa. Saya tidak bisa menunggu lagi.’’
’’Ada apa buya?’’
’’Ka’bah kebakaran. Saya harus segera memadamkannya.’’
Buya berkepala culun itu tergesa-gesa lari ke biliknya, berkemas dan memakai sorban. Masih tampak aneh, meski kepalanya sudah terlilit sorban. Sejenak beliau duduk bersila, menunduk berzikir di depan mihrab Surau Tuo, setelah itu Wan Tobat tak melihat apa-apa lagi. Seketika saja, jasad buya menghilang. Seperti menguap dan raib entah ke mana.
***
Wan Tobat, satu-satunya orang yang melepas kepergian buya. Tukang pangkas itu sudah berkali-kali meyakinkan orang-orang bahwa buya Ibrahim Mufti pergi berjihad, memadamkan api yang hendak meluluhlantakkan Baitullah di Mekah. Tapi, mereka masih sukar mempercayai kebenaran cerita Wan Tobat, antara percaya dan tidak. Malah ada yang menganggap kesaksian itu mengada-ada, tak masuk akal, omong kosong yang dibuat-buat.
’’Buya itu wali. Dalam sekali kerdipan mata, beliau bisa tiba di Mekah.’’
’’Andai bumi yang bulat ini ada tangkainya serupa buah Manggis, buya akan menjinjingnya ke mana-mana.’’
’’Apa lagi yang kalian sangsikan?’’
Berbulan-bulan, peristiwa menghilangnya buya masih menjadi duri dalam daging bagi orang-orang Taram. Mereka sulit menerima kenyataan. Apa mau dikata, Buya sungguh-sungguh telah tiada. Kesangsian mereka pada keterangan Wan Tobat terjawab setelah mendengar cerita dari Wan Tongkin. Warga kampung sebelah, yang pulang setelah berpuluh tahun hidup dan tinggal di tanah suci. Semula Wan Tongkin mendalami ilmu-ilmu agama di Mekah. Setelah pendidikannya tamat, ia tidak kembali pulang ke kampung. Tapi memilih menjadi pedagang lukisan kaligrafi dan kopiah haji di wilayah sekitar Masjid al-Haram. Meluap-meluap lelaki ringkih itu berkisah tentang peristiwa kebakaran Ka’bah, beberapa hari sebelum kepulangannya.
’’Baitullah nyaris hangus jadi abu.’’
’’Siapa yang memadamkan api itu?’’ tanya orang-orang.
’’Untunglah ada seorang lelaki tua. Secepat kilat, ia meloncat ke puncak Ka’bah. Dari ujung tongkatnya mengucur air. Deras, seperti air yang muncrat dari selang pemadam kebakaran. Sekejap, api yang menjalar-jalar itu padam.’’
’’Masih ingat ciri-ciri orang itu?’’
’’Agak ganjil. Kepalanya culun sebelah. Sebelah kiri gundul, sebelah kanan masih ada rambut.’’
Sepeninggal buya, pengajian tasawuf dilanjutkan oleh tiga orang murid kesayangan buya Ibrahim Mufti. Haji Malih, Haji Amak dan Haji Djamil. Mereka juga memiliki banyak keistimewaan seperti buya. Dari Haji Djamil, orang-orang Taram menjawab wasiat tentang buya. Ia pernah bermimpi bertemu arwah buya. Ternyata, tak lama setelah peristiwa kebakaran Ka’bah, buya meninggal. Dalam mimpi itu, Haji Djamil bermohon agar buya memberitahukan di mana beliau dikuburkan. Agar kelak orang-orang Taram dapat berziarah ke makam beliau.
’’Bila muncul cahaya di malam bukan terang bulan, di sanalah saya.’’
’’Bagaimana cara kami mengenali cahaya itu?’’
’’Menggumpal, membulat, dan membesar seperti bola api. Melayang-layang dan berputar seperti gasing. Galilah kuburan persis di setentang cahaya itu! Di sanalah makam saya.’’
***
Bilal dan Katik sudah tiada. Begitu pun orang-orang yang dulu setia menjaga Surau Tuo dan makam buya. Satu per satu meninggal, hingga tak ada lagi yang tahu sejarah surau dan makam keramat itu. Surau lengang. Tak ada hiruk suara anak-anak mengeja alif-ba-ta. Tak ada salat berjamaah, pengajian, apalagi wirid. Surau kotor, kumuh dan berdebu. Sama seperti makam buya yang tak terawat, penuh rumput dan berlumut.
Tapi, Kepala Bandar makin ramai. Mungkin karena suasananya tenang dan sejuk. Airnya jernih, ikannya jinak. Setiap hari berpuluh-puluh pasang muda-mudi (laki-laki dan perempuan) berboncengan sepeda motor beriring-iringan menuju lokasi mata air tertua itu. Di balik semak-semak sepanjang pinggir sungai, tersedia pondok-pondok bambu yang disewakan bagi setiap pasangan. Mereka leluasa berbuat apa saja. Tanpa ada yang mengusik dan menganggu. Tak ada yang tahu, Kepala Bandar yang sudah mesum dan penuh maksiat itu, dulu tempat suci yang dihormati. Konon, buya Ibrahim Mufti pernah menancapkan tongkat keramatnya untuk memperoleh mata air. Di sana pula buya kerap berdoa, memohon keberkahan dan kelimpahan rezeki bagi orang-orang Taram. ***

puisi: Aku dan Tulisanku




Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....

Kabupaten Bangkalan


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
 
Kabupaten Bangkalan
Lambang Bangkalan.png
Lambang Kabupaten Bangkalan
Motto: Cipta Indra Çakti Dharma

Locator kabupaten bangkalan.png
Peta lokasi Kabupaten Bangkalan
Koordinat: 112-113 BT, 6-7 LS
Provinsi Jawa Timur
Dasar hukum -
Tanggal -
Pemerintahan
 - Bupati R.KH. FUAD AMIN
 - DAU Rp. 565.946.178.000,-(2011)
Luas 1.144 km2
Populasi
 - Total 886.000 jiwa (2003)
 - Kepadatan 774,48 jiwa/km2
Demografi
 - Kode area telepon 031
Pembagian administratif
 - Kecamatan 18
 - Kelurahan -
 - Situs web www.bangkalankab.go.id  
Kabupaten Bangkalan, adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta Selat Madura di selatan dan barat.
Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, dimana terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah dibangun Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang saat ini adalah jembatan terpanjang dan terbesar di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu kawasan perkembangan Surabaya serta tercakup dalam lingkup Gerbangkertosusila.
Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bangkalan.

 Tempat-tempat wisata

  • Pantai Rongkang
  • Pantai Sambilangan
  • Bukit Geger
  • Kuburan Aermata
  • Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Tanjungbumi
  • Beautiful Garden di desa Macajah, Tanjungbumi
  • Batik Telaga Biru
  • Perahu Peninggalan Saichona Moh. Chollil di desa Telaga Biru, Tanjungbumi

 Tokoh Bangkalan

Di Kabupaten Bangkalan, juga diketahui dari kartun Spongebob Squarepants. Yang bernama Spongebob Squarepants yang dulu ia tinggal di Rumah Spongebob, kini Restoran Suramadu juga dikenal.

belajar

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konk
Terbitkan Entri
rit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamaka

man model bangkalan

MAN Bangkalan atau Madrasarah Aliyah Negeri Bangkalan yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta No.5 Bangkalan 69116 adalah Sekolah setingkat SMA/SMU, sama halnya dengan madrasah-madrasah aliyah lainnya namun MAN Bangkalan termasuk kedalam daftar sekolah/madrasah aliyah yang favorit sehingga kadang disebut MAN Model Bangkalan, dengan kata "Model" sebagai tanda "Madrasah Aliyah Unggulan", itulah sekilas yang 'ana' tahu.

Visi dan Misi dari MAN Model Bangkalan, bisa dilihat didepan sekolah yang terpampang jelas disebelah gerbang MAN Bangkalan.

PANTUN LUCU


Disana gunung, disini gunung,
Ditengah-tengah bunga melati
Saya bingung kamu pun bingung
Kenapa ada bunga melati

==========================================
Nasi uduk masih anget
Beli nye di pinggir jalan
Yang lagi duduk manis banget
Boleh ga kite kenalan

==========================================
Anak ayam turun ke bumi
Induk ayam naik kelangit
Anak ayam nyari kelangit
Induk ayam nyungsep ke bumi

==========================================
Jambu merah
di dinding
Jangan marah
just kidding

==========================================
Kalau punya gigi ompong
cepat cepat ke dokter gigi
kalau jadi anak sombong
pasti nanti jadi rugi.

==========================================
Mulanya duka kini menjadi lara
Teman tiada hanyalah sendu
Bila rindu mulai membara
Itulah tanda cinta berpadu

==========================================
hati siapa tak bimbang
situ botak minta dikepang

Buah kedondong
Buah atep
Dulu bencong
sekarang tetepp

==========================================
Buah semangka buah duren
Nggak nyangka gue keren

Buah semangka buah manggis
Nggak nyangka gue manis

Buah apel
di air payau
Nggak level
layauuuuuuu…..

==========================================
Mata genit beradu pandang
senyum adik menggoda abang
ayolah dik kita melayang
menuju negri jauh di sebrang

==========================================
Disini bingung, Disana linglung
mangnya enak, engga nyambung….

Buah semangka berdaun sirih
Buah ajaib kali yah

Jambu merah di dinding
Jangan marah just kidding

==========================================
Jauh di mata,dekat dihati
Jauh di hati,dekat dimata
Jauh-dekat tujuh ratus perak

Men sana
in corpore sano
Gue maen kesana,
Elo maen ke sono!

==========================================
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ketepian
Berakit-rakit melulu
Kapan dapat gantian? (Cape deh dari dulu-dulu merakit terus)

==========================================

Main laptop larut malam
Besok telat masuk kerjaan
Kalau adik keluar malam
Pasti lagi kejar setoran (Hayooo yang suka keluar malam)

==========================================

Panas-panas kota Jakarta
Akibat pemanasan dunia
Bila ingin lulus sarjana
Tidur malam tanpa celana (Biasa men, adik kecil juga butuh udara segar)

==========================================

Meler-meler ingus keteter
Sampai sakit di kepala
Hati-hati sering teler
Bisa-bisa ke alam baka (Ampun DJ, ngak lagi deh janji)

==========================================

Kelap-kelip lampu diskotik
Ada musik tambah asik
Gimana mau nilai apik
Makannya cuma keripik (Ingat-ingat empat sehat lima sempurna, ting)

==========================================

Ikan hiu makan permen, i miss u man…
Ikan hiu makan roti, i miss u sweety…
Jaka sembung naik ojek, gue kangen lo jack…
Burung nuri burung tekukur, i miss u honey selamat tidur…

mizz_uchiha@yahoo.com

==========================================

mAkAn pIzzA di prAnciz
sAmbiL dengAr lAgu romantiz
bukAn mO sok pUitiz or drAmatiz
tapi mAaf……. aq calon artiz
cUma pEngen bAgi sms grAtiz
kAn sayAng klO gA abIz………..

gaara_54550@yahoo.co.id

==========================================

jangan menulis diatas kaca
menulislah diatas meja
jangan menangis karena cinta
menangislah karena dosa….

acrimariadi@yahoo.co.id / M.Asri Al-qodri

==========================================

Makan apel sambil minum
keselek donk?

Menyelam sambil minum air
kembung donk?

Berjalan sambil menoleh
nabrak donk?

==========================================

Buah duku buah rambutan
Cuci piring bawah jembatan
Entah jodohku entah bukan
Yang penting persahabatan

acrimariadi@yahoo.co.id / M.Asri Al-qodri

==========================================

Melon manis di air es
kemana ajach lo ga’ pernah sms

Anak tikus rindu ibunya
sombong nich ceritanya

Ada kepompong ada kupu
Bales donk sms dari aku

Rumah prancis berjendela kaca
Salam manis buat yg baca

==========================================

Berjuta juta juta pohon kangkung
Hanya satu pohon beringin
Begitu banyak gadis sekampung
Hanya kmu yang ku pingin

siiiiiapa niiiiii…….?

agung

==========================================

Makan duren sambil ngelamun,
Hati-hati ketelen ntar bijinya……

Disana gunung, disini gunung…..
Ciptaan Tuhan dech……….

Anak kuda di makan buaya
kok bisa,, kasian yaaa

==========================================

Beli ikan di pasar malam
dasar bego ni kawan,,,

Lihat bulan di siang hariii
banyak jg y g bego hari ini,

Anak kingkok makan kedondong
makan sendiri gak bagi bagi
klu akong mau minta gendong
ma bah surip aj.. aa kali,,,

==========================================
 
Indah cinta karena sayang
indah senyuman karena kenal
indah dia karena masih bujangan
indah itu,,,,, awas gombal

==========================================

Ku kira buaya rupanya onta
ku pilih satu untuk untuk di sentap
ku kira anak remaja rupanya janda
tidak apa2lah yang penting mantapp.. wkwwkwkk

==========================================

Ikan hiu di makan lele
biasa ja kaleeee
maksih yeeeeee

kura-kura naik perahu
ati-ati ada ikan hiu
percuma bilang i love u
orng muka lu kya gitu

==========================================

Jalan jalan beli pisang
Jangan lupa beli sepatu
Aku cma mw bilang
Aku cinta sama kumyu …

==========================================

Ulangan fisika emang sulit
apa lagi ulangan matematika
menyatakan cinta emang sulit
apalagi cinta pertama...

==========================================

Anak pramuka bawa peluit,
Bawa peluit untuk jaga jaga.
Menyatakan cinta emang sulit,
Tapi lebih baik di joba aja.

Ke Palembang beli empek-empek
Jangan lupa kasih cuka.
Hidungmu itu mungkin pesek
Makanya gax da yang suka…

==========================================

Orang jelek makan ketimun
Makan ketimun kegigit jari.
Ini hanya berbalas pantun,
Jangan lah dimasukan hati

Ikan bandeng
makan kawat
orang ganteng
numpang lewat

==========================================

Beli bandeng
di malaysia
Gw ganteng
kya pasia... (pd banget..wkwkwkw)

Orang ganteng
suka ma si rini
gk seneng
maju sini.. (jadi jagoan ceritanya)

==========================================

Fanta merah
campur darah
liat pntun ni silahkan mrah
buat gw gk masalah

Hati-hati ama si jampang
klo enggak maen pedang
yang gk seneng gw tantang
jangan cuma main belakang

==========================================

Bunga mawar jangan di bungkus
kalau dibungkus hilang sarinya,
punya pacar jangan diputus
kalau diputus sakit hatinya”

==========================================

naSi RaMeS daRi joGjA_
yG dApEt sMs caKep juGa_

BuaH MangGis diMaKaN uLet_
yG bACa sMs CaKeP BanGeT_

aDa sNoOPy di DeKeT KinGkOnG_
TeRpAkSa Aq BoOnG_

==========================================
Makan nasi sepiring berdua
Rasanya enak tiada tara
Awas cowok suka menggoda
Diam-diam watak buaya (Kalo si cewek memang demen digodai gimana?)

==========================================
Hujan turun rintik-rintik
Duduk berdua di teras rumah
Ingin punya cewek cantik
Syaratnya rumah dan mobil mewah (Wah, ini dia nih si cewek matre)

==========================================
Nonton bioskop horor Indonesia
Bersama pacar cantik jelita
Hidup jangan disia-sia
Dekati wanita sebanyak-banyaknya (Motonya para playpoy cap kodok)

==========================================
Jika sudah namanya cinta
Hati terasa berbunga-bunga
Kalau sudah terbawa suasana
Senyum sendiri seperti orang gila (Jangan ampe terbawa mimpi loh)

cerpen lucu


Pesawat TNI sialan!


Cerpen Lucu - 
Sebuah Pesawat TNI terbang tidak seimbang karena kebanyakan muatan. "Buang beberapa barang" perintah komandan. mereka membuang pistol."Lagi!" lalu mereka membuang sniper."Lagi!" lalu mereka membuang rudal. Akhirnya pesawat dapat dikendalikan kembali. Saat mereka naik mobil, mereka melihat anak kecil menangis."Dik, kenapa menangis?" tanya seorang tentara. "Aku kejatuhan pistol."kata anak tersebut. Lalu mereka melihat anak yang menangis lebih keras."Dik, kenapa menangis?" tanya tentara lain."Aku kejatuhan sniper" kata anak tersebut. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan melihat anak lagi. Kali ini dia tidak menangis. Si anak malah tertawa."hahahahaha" tawa anak itu."Dik, kenapa tertawa? apa yang lucu?" tanya komandan. "Tadi aku bersin dan rumah itu meledak" kata anak tersebut.

Orang Arab, Jawa, ama Amerika


Cerpen Lucu - 
Ada orang jawa(bejo), orang arab(Hasan), dan orang amerika(Jack). Mereka bertiga naik pesawat bersama-sama. Pada saat setelah makan siang, jack mengeluarkan uang 100 US dollar, digunakan untuk membersihkan mulut, lalu dibuang. Bejo kaget bukan main. "Kenapa kamu buang duit 100 dollarmu itu?" tanya bejo. Jack menjawab," Amerika kan kaya, masih banyak dollar.". Lalu bejo melirik ke Hasan. Hasan mengeluarkan minyak wangi yang masih baru dan penuh, menyemprotkanya ke dada sedikit, lalu dilempar ke luar pesawat. Bejo kaget lagi," Lho!!?? Kenapa kamu buang tuh minyak? kan isinya masih banyak?" tanya bejo. Hasan menjawab," Arab kan kaya, masih banyak minyak! malah bagi orang2 sana, air lebih berharga dari minyak!" jawab Hasan. Lalu bejo tak mau kalah. Dia lempar orang keturunan Betawi disampingnya ke luar pesawat. Kali ini Hasan dan Jack yang jantungnya nyaris copot." Lho!!?? kenapa kamu buang orang betawi tadi?? Kan kasihan?" tanya Hasan. " Tenang aja! Indonesia kaya banget kok! Masih banyak, orang betawi yang hidup disana." Jawab Bejo

alhamdulilah namanya


Cerpen Lucu - 
alkisah pada tahun 2000, di kota malang ada seseorang yang memelihara kuda mulai kecil. Nama kuda itu adalah alhamdulilah, kuda itu sangat penurut, apa bila di panggil langsung datang, kalau di suruh berjalan , tinggal ucab alahamdulilah langsung tancap, kalo mau berhenti tinggal ucap astaufirloh,langsung berhenti. mungkin karna di rawat sejak kecil dan latihan yang rutin. pada saat di taman bunga di daerah tretes, dia bertemu dengan temannya. " askum.... gmn kabarnya, kudanya bagus bangeeet.."? "baik... ia nie kuda penurut, tinggal ucab hamdalah dia akan berangkat, dan kalau mau berhenti tingal ucab istifar". " aku boleh nyobak gak" " ohh.. monggo..." sang teman mulai mengucabkan hamdalah untuk menjalankannya. "alhamdulilah berangkatlah kuda" dia merasa bosan karna kudanya jalannya terlalu pelan, dia memukul kuda supaya berjalan lebih cepat ,tapi belum brhasil juga, sampai sampai dia memukul dan mengucapkan alhamdullah dengan keras. "PLAK..... ALHAMDULLLIILAHH......" kua itu berjalan dengan cepat ,sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam , karna sangat gugub orang itu lupa kata-kata untuk memberhentikannya, semua kata-kata keluar dari mulutnya. "ALLAH'.kuda belum berhenti. "ROSULALLAH." kuda itu masih belum bisa berhenti. " INALILAH." kuda itu masih tak mau behenti. Dia sudah putus asa , dia mengucapkan istifar untuk yang terakhir kalinya. " ASTAUFIRLOH." Tiba-tiba kuda itu berhenti pas di depan jurang itu, orang itu sangat senang, dia mengucapkan puji syukur kepada Allah. "Alhamdulilah ya Allah kau masih menolongku". karna ucapanya itu, kuda tiba-tiba berjalan dan....dan ,,.. pembaca pasti tau apa kelanjutanya? AYO APA???



'Anak' dalam Celana





Cerpen Lucu - 
Suatu ketika di pemberhentian sebuah Bis, naiklah seorang Ibu muda yang tengah hamil kurang lebih 5 bulan...
Namun Ibu muda ini merasa agak kesal setelah naik Bis tsb. karena Bis telah penuh...namun tiba2 ia punya ide >gmna klo dia minta kursi sama seorang Pemuda tanggung yg ada di dekatnya<
kemudian ia berkata kepada pemuda tsb.
" Boleh ga saya minta tempat duduknya Mas? kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam perut nie kasihan!!" katanya dengan agak manja dan sedikit memelas...
"Ehhhmmm" gumam si Pemuda tsb sambil berdiri memberikan tempat duduknya kepada si Ibu muda
tak lama kemudian Pemuda ini sambil berdiri dekat Si ibu muda menyalakan rokoknya. alhasil perbuatannya menuai protes dari si ibu muda
"Boleh ga Rokoknya dimatikan? kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam perut nie kasihan!!"
Dengan muka masam Pemuda tsb kembali memenuhi permintaan Si ibu muda ini sambil menggerutu dalam hati (uuuuggh sudah dikasih tempat duduk, ngelarang orang ngerokok lagi)gumamnya.
Tiba-tiba bis berhenti mendadak berhenti membuat seluruh penumpang tersentak & kaget termasuk Pemuda dan ibu muda yg sedang dalam cerita ini, gkgkgkgk
Saking tersentaknya si ibu muda tersebut sampai2 Daster yang ia pakai tersingkap hingga bagian pangkal pahanya. si pemuda meliat hal itu sebagai ajang balas dendam dengan berkata
Mbak, boleh gak tuh paha ditutupin!kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam celana nie kasihan!!"


hahahah itu sedikit cerita tentang Kumpulan Cerpen Lucu semoga para pembaca kagak stress lagi dan happy bawaannya :)

cerpen


Yang hidup di tepi laut, tak takut menyambut maut.
Tapi ia, juga orang-orang yang tubuhnya telah lama tertanam dan tumbuh-biak-berakar di kampung nelayan ini, adalah sekelompok paranoid, yang menanggung kecemasan pada dua frasa. Dua frasa ini merupa hantu, bergentayangan, menyusup, menyelinap, dan acapkali hadir dalam sengkarut mimpi, mengganggu tidur. Dan saat bayangannya hadir, ia membawa kaleidoskop peristiwa-peristiwa buruk, yang menyerang, datang beruntun. Maka, ketahuilah bahwa dua frasa itu sesungguhnya kini hadir lebih sebagai sebuah energi negatif yang primitif, selain bahwa ia juga sedang menghadirkan dirinya dalam sosoknya yang energik, molek dan penuh kemegahan.

Tapi mampukah ia, si renta yang bermulut tuah, bertahan untuk tidak menyebut dua frasa itu, yang sesungguhnya telah demikian lekat bersebati di ujung lidahnya, bagai asin laut yang ia cecap setiap hari dan terus mengalir di air liur ke-melayu-annya.

"Ingat ya Tuk, Datuk tak boleh menyebut dua frasa itu. Bahaya!" Demikian proteksi dari yang muda, dari cucu-cicitnya. Dan merekalah yang sesungguhnya membuat ia kian merasa cemas. Di usianya yang susut, ia justru merasa kekangan-kekangan datang menelikung. Tak hanya kekangan fisik karena kerentaan yang datang dari kodrat-kefanaan tubuhnya sendiri, tapi juga kekangan-kekangan yang kerap ia terima dari orang-orang di luar tubuhnya. Orang-orang yang sebenarnya sangat belia untuk mengetahui rasa asam-garam, sangat rentan terhadap patahnya pepatah-petitih di lidah mereka.

Tapi, di saat yang lain, ia merasa aneh. Kenapa dua frasa itu, akhir-akhir ini demikian bergaram di lidahnya, tetapi demikian hambar di lidah orang muda? Tengoklah mereka, orang-orang muda, mengucapkan dua frasa itu seperti angin yang ringan, terlepas begitu saja, dan terhirup tak berasa. Dua frasa itu mereka ucapkan di merata ruang, merata waktu. Dari ruang-ruang keluarga, sampai dalam percakapan di kedai kopi. Dan setelahnya, secara tersurat, memang tak ada satu pun peristiwa buruk yang tampak terjadi, seperti layaknya ketika ia, si lelaki renta, yang mengucapkannya.

"Datuk kan bisa melihat akibatnya, ketika dua frasa itu keluar dari mulut Datuk yang bertuah itu. Badai topan datang menyerang dari arah laut. Habis semua rumah-rumah penduduk. Lintang-pukang seisi kampung nelayan. Nah, kalau Datuk memang tak ingin melihat anak-cucu-cicit datuk porak-poranda, ya sebaiknya Datuk jangan sesekali menyebut dua frasa itu. Dan Datuk tak boleh iri pada kami, ketika kami dengan sangat bebas bisa menyebut dua frasa itu, karena Datuk sendiri tahu bahwa lidah kami memang tak sebertuah lidah Datuk."

Tapi ia, si lelaki renta itu, selalu merasakan ada yang aneh. Instingnya mengatakan bahwa ada badai-topan dalam wujudnya yang lain yang sedang menyerang, sesuatu yang tersirat. Sejak ia mengunci mulut untuk tidak menyebut dua frasa itu, justru kini ia menyaksikan persitiwa-peristiwa buruk yang lain datang, sedang menyusun kaleidoskopnya sendiri. Tengoklah, kenapa kian menjamurnya anak-anak perempuan yang hamil luar nikah, dan anak-anak terlahir tak ber-Ayah. Kenapa kian dahsyatnya anak-anak muda yang tenggen, mengganja, dan saling membangun anarkhi dan istana-istana mimpi dalam tubuh mereka. Kadang-kadang malah mereka kini tampak serupa robot, atau bahkan kerbau dungu, atau serupa mesin-mesin yang bergerak cepat tak berarah, membabi-buta. Akibatnya, kampung nelayan yang serupa tempurung ini, kini lebih tampak sebagai sebuah ruang diskotek tua yang pengap, sebuah ruang yang sedang menanggung beban masa lampau sekaligus beban masa depan.

Dan tengoklah pertikaian demi pertikaian yang terjadi. Jaring Batu hanyalah sebuah sebab, yang membuat perahu-perahu dibakar, orang-orang diculik, dipukul, dan perang saudara kemudian membangun tembok yang sangat angkuh di antara orang-orang Pambang dan orang-orang Rangsang. Hanya egoisme sesat yang membuat mereka lupa bahwa mereka sesungguhnya berasal dari satu rumpun, satu ras, satu suku. Dan mereka para nelayan, yang mestinya adalah para penjaga tepian ini, tapi kini mereka telah menjelma para nelayan yang meruntuhkan tepian ini.

Peristiwa buruk lain yang kini melanda adalah timbulnya beragam penyakit yang aneh. Penyakit-penyakit yang tak bisa disembuhkan hanya dengan tusukan jarum suntik pak mantri, dan kebal dari obat-obat generik yang dijual di kedai-kedai runcit. Dan anehnya lagi, penyakit-penyakit itu membuat si penderita seperti terkunci mulutnya untuk bisa mengucapkan dua frasa itu. Dan biasanya, ujung dari deritanya, mereka kebanyakan menjadi bisu, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun selain erangan.

Dan ia, si lelaki renta itu, seolah dapat memastikan bahwa sebab dari semua ini adalah karena kelancangan mereka yang menyebut dua frasa itu secara sembarangan. Tak hanya itu, dua frasa itu kini bahkan telah diperjual-belikan ke mana-mana, karena rupanya ia bernilai tinggi karena dianggap eksotis dan jadi ikon historis. Maka dua frasa itu diproduksi, seperti layaknya memproduksi kayu arang atau ikan asin. Dan anehnya, mereka tidak percaya bahwa lidah mereka sendiri sebenarnya juga bergaram. Tapi mungkin garam dengan rasa asinnya yang lain.

Sesekali ia, lelaki renta itu, pernah juga melemparkan saran, "Sebenarnya kalian juga tak boleh menyebut dan memperlakukan dua frasa itu secara sembarangan. Buruk padahnya nanti." Tapi, saran dari seorang renta yang bersuara parau, bagi mereka, hanya bagai suara gemerisik semak dalam hutan. Dan mereka selalu menjawab dalam bisik yang sumbang, "Maklum, masa mudanya tak sebahagia kita…"
***
Tapi di malam yang mendung itu, ia tak menduga tiba-tiba segerombolan orang secara agak memaksa, membawanya ke tepian laut. Lelaki renta itu bingung, kenapa orang-orang yang biasanya selembe saja padanya, kini demikian bersemangat memintanya untuk ikut bersama mereka. Apakah ada sebuah perayaan? Setahu ia, di sepanjang bulan ini tak ada perayaan hari besar maupun perayaan adat. Dan, kalaupun ada, biasanya ia lebih sering tidak diundang, karena mungkin dianggap telah demikian uzur, atau mungkin kehadirannya membuat orang-orang muda tak bebas berekspresi, karena pastilah terkait dengan pantang-larang.

Sesampainya di tepian laut, ia menyaksikan orang-orang telah duduk bersila, sebagian bersimpuh, di atas pasir hitam. Mereka tampak tertunduk demikian hikmat. Di bibir pantai, terlihat beberapa buah perahu yang berbaris, seperti barisan meriam yang moncongnya mengarah ke laut, siap diluncurkan. "Ah, inilah satu frasa itu, yang tampaknya akan dilayarkan ke satu frasa yang lain," pikir lelaki renta itu. Dan ia langsung dapat menduga bahwa akan ada sebuah upacara pengobatan tradisional. Tapi siapa yang sakit?

Seorang muda, tiba-tiba seperti berbisik ke telinga lelaki renta itu. "Datuk, kami mengundang Datuk ke sini untuk meminta Datuk supaya bisa mengobati kami semua." Lelaki renta yang dipanggil Datuk itu agak terkejut. Keningnya berkerut. Ia tidak melihat ada gejala atau tanda-tanda bahwa orang-orang yang berada di sini dalam keadaan sakit. Yang tampak olehnya adalah sekumpulan besar orang yang seperti sedang berdoa. Tapi pemuda itu berbisik lagi, "Datuk, kami semua yang berkumpul di sini sedang menderita penyakit bisu. Sebagian mereka telah benar-benar bisu dan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dan sebagian kecil yang lain, termasuk saya, tak bisa mengucapkan dua frasa itu, Datuk. Sementara untuk melakukan upacara ini tentu harus mengucapkan dua frasa itu kan, Datuk? Untuk itu, kami semua meminta Datuk untuk melakukan prosesi pengobatan… …pengobatan…pengobatan…tak bisa Datuk, saya betul-betul tak bisa mengucapkannya." Lidah pemuda itu seperti tersangkut saat hendak menyebut sebuah frasa.

Lelaki renta itu seperti tak percaya. Tapi kepalanya tampak mengangguk-angguk perlahan. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga pemuda, dan membalas berbisik, "Anak muda, kalian pernah melarangku untuk mengucapkan dua frasa itu. Kini kalian juga yang meminta aku untuk mengucapkannya. Apakah kalian tak takut badai topan yang akan menyerang? Kalian tak takut maut?"

Pemuda itu tertunduk ragu. Tak lama kemudian berbisik kembali. "Datuk, kami semua pasrah. Kalaulah ditakdirkan untuk menerima badai topan, dan kami harus mati karenanya, mungkin itu akan lebih baik daripada kami harus hidup membisu, dan tak bisa mengucapkan dua frasa itu…"

Bibir lelaki renta itu mengguratkan senyum. Ia kini tak yakin bahwa ia akan mampu bertahan untuk tidak menyebut dua frasa itu, yang sesungguhnya telah demikian lekat bersebati di ujung lidahnya, bagai asin laut yang ia cecap setiap hari dan terus mengalir di air liur ke-melayu-annya. Paling tidak di dalam hatinya, ia senantiasa mengucapkan dua frasa itu menjadi sebuah kalimat, Lancang Kuning yang tersesat di tepian Selat Melaka.***

cerpen

Monday, January 30, 2006

Peradilan Rakyat

Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Lingkungan hidup

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Banyak perhatian dicurahkan untuk mempertahankan lingkungan alami Air Terjun Hopetoun, Australia, sembari mengijinkan pengunjung untuk menikmatinya.
Bachalpsee di Pegunungan Alps Swiss; biasanya daerah bergunung-gunung lebih jarang dicemari oleh aktivitas manusia.
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.
 
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........
to talk without intention... ......
to give without reason...... ......and
to care without expectation. ......is the heart of a true

. .                  .